KENDARI, – Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bersiap memasuki puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61 pada 27 April mendatang.
Di tengah sukacita menyambut momen tersebut, Gubernur Sultra, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, menyoroti pekerjaan rumah besar yang masih dihadapi daerah, terutama terkait kondisi keuangan yang masih bergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat. Hal ini diungkapkannya dalam sebuah kesempatan di Kota Baubau pada Senin (14/4).
Mantan Pangdam XIV/Hasanuddin ini memaparkan bahwa saat ini, 65 persen anggaran pembangunan di Sultra ditopang oleh dana transfer dari pusat. “Untuk membangun, kita hanya memiliki 35 persen anggaran sendiri,” ujarnya prihatin.
Menyikapi kondisi tersebut di usia ke-61 provinsi ini, gubernur yang akrab disapa ASR ini menekankan perlunya perubahan paradigma dalam perencanaan pembangunan. Ia berharap agar setiap proyek yang akan dijalankan ke depan benar-benar memperhatikan dan menjawab kebutuhan riil masyarakat di lapangan.
“Jangan membangun yang tidak dibutuhkan masyarakat, jika tetap dilakukan akan terjadi pemborosan,” tegasnya menjelang puncak perayaan HUT Sultra yang akan dipusatkan di Lapangan Alun-Alun 19 November Kabupaten Kolaka.
Menariknya, puncak perayaan HUT Sultra pada 27 April mendatang juga menandai 65 hari kerja pemerintahan Andi Sumangerukka dan Hugua sejak pelantikan.
Meski usia kepemimpinan terbilang masih sangat dini, berbagai terobosan diklaim telah dilakukan untuk mewujudkan visi “Sultra Maju Menuju Masyarakat Aman, Sejahtera, dan Religius.”
Dalam sambutannya di hadapan anggota DPRD Sultra terkait HUT ke-61 Sultra, Gubernur Andi Sumangerukka mengangkat tema “Harmoni Sultra” sebagai semangat kebersamaan dalam keberagaman. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersatu padu membangun Sulawesi Tenggara.
“Kita upayakan secara maksimal untuk meningkatkan capaian dan indikator dengan cara menyusun dan melaksanakan kebijakan mendorong pengembangan dan optimalisasi pengembangan sumberdaya. Saya juga mengajak semua elemen untuk bersatu dan menjadikan daerah Sulawesi Tenggara semakin maju,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Sultra juga mengharapkan adanya sinergitas yang kuat antara eksekutif dan legislatif untuk mewujudkan harapan menjadikan Sultra yang lebih baik di masa kini dan di masa yang akan datang.
Meski demikian, tantangan kemandirian fiskal tetap menjadi perhatian utama di usia ke-61 provinsi ini. Gubernur ASR sebelumnya mengungkapkan bahwa keterbatasan anggaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra menjadi salah satu kendala utama.
Dengan hanya mampu mendanai 35 persen kegiatan pembangunan, ketergantungan pada dana transfer pusat sebesar 65 persen dinilai sebagai sebuah tantangan yang harus segera diatasi agar provinsi ini semakin mandiri.
Untuk itu, Gubernur ASR mendorong seluruh elemen, baik pemerintah maupun masyarakat, untuk bersama-sama memperkuat Pendapatan Asli Daerah (PAD) seiring bertambahnya usia provinsi. Langkah ini dianggap krusial untuk melepaskan Sultra dari ketergantungan yang berlebihan terhadap dana dari pusat.
“Sudah saatnya kita mandiri. Jika tidak, ketergantungan 65 persen ini akan terus membelenggu. Target saya, dalam satu tahun ke depan, Sultra harus mulai bergerak menuju kemandirian fiskal,” tandasnya dengan optimisme di momen menjelang peringatan 61 tahun Sultra.
Dengan nada lugas, ASR menyatakan ketidaksukaannya terhadap retorika tanpa tindakan nyata. “Saya tidak suka beretorika. Bangunlah sesuai kebutuhan masyarakat, jangan sampai dana dihamburkan untuk proyek tanpa manfaat,” sambungnya.
Gubernur ASR menginstruksikan seluruh jajarannya untuk memfokuskan anggaran pada program-program yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan rakyat, sebagai kado di usia ke-61 Sultra. Beberapa prioritas yang ditekankan antara lain:
- Peningkatan layanan dasar di bidang pendidikan dan kesehatan.
- Penguatan sektor produktif seperti pertanian dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
- Efisiensi belanja daerah untuk membiayai proyek-proyek strategis yang benar-benar dibutuhkan.
“Dana harus dialokasikan untuk hal-hal yang mendesak. Jangan ada lagi pembangunan ‘aspal di langit’ yang hanya jadi beban anggaran,” pungkasnya dengan tegas, mengisyaratkan komitmennya untuk mewujudkan pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan kemandirian fiskal daerah di usia yang semakin matang bagi Sulawesi Tenggara, yang puncak perayaannya akan digelar di Kolaka. (red)