MAKASSAR — Kisruh PT Vale Indonesia Tbk di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, melebar. Selain insiden pipa bocor yang merugikan petani, perusahaan tambang nikel itu kini dituding menyerobot lahan adat dan situs cagar budaya. Tuduhan ini dilontarkan perwakilan masyarakat adat Tokarungsie’, Hariyadi Tengke, dalam pertemuan dengan Komite II DPD RI.
Menurut Hariyadi, PT Vale diduga mengambil alih tanah adat mereka yang secara historis sudah didiami turun-temurun, bahkan sebelum kehadiran perusahaan. Parahnya, lahan itu termasuk area kuburan dan situs cagar budaya, yang seharusnya dilindungi.
“Yang jadi masalah itu situs cagar budaya kami sudah hampir hilang, seperti kuburan, tanaman pohon sagu, bambu, diambil jadi kawasan,” ungkap Hariyadi.
Ia menyoroti pembangunan lapangan golf seluas 5 hektare yang disinyalir berada di atas lahan adat tersebut.
Padahal, Hariyadi menyebut sudah ada Surat Keputusan (SK) Bupati Luwu Timur Nomor 238/D-03/VII/2024 yang terbit pada 20 Juni 2024, yang seharusnya menjadi dasar perlindungan kawasan budaya itu. Namun, kata Hariyadi, pihak perusahaan tetap nekat membangun tanpa pemberitahuan.
Direktur-Chief Sustainability and Corporate Affairs Office PT Vale Indonesia, Budiawansyah mengaku, pihaknya terbuka terhadap setiap masukan. Perusahaannya juga akan terus berkontribusi kepada pemerintah daerah.
“Kami siap terbuka dan selalu ingin mendapatkan masukan-masukan, sehingga kita bisa mencari titik temu jika ada sesuatu yang perlu dicari solusinya,” tegas Budiawansyah.
Diketahui, insiden kebocoran pipa minyak perusahaan. Dia mengatakan ada kerusakan pipa yang terjadi di Desa Lioka, Kecamatan Towuti, Sabtu (23/8) sekitar pukul 07.30 Wita. Pemkab Lutim juga telah turun tangan menyelesaikan persoalan ini.
