LUTIM – Kepala Desa Timampu, Syamsul Rusdang, melayangkan kritik pedas terhadap PT. Vale Indonesia terkait penanganan sampah yang dinilai tidak memadai di delapan desa wilayah Kecamatan Towuti, Kabupaten Luwu Timur. Nada kekecewaan dan keprihatinan terpancar jelas dari pernyataan Syamsul pada Senin (21/4/2025).
Menurut Syamsul, penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kuari oleh Kementerian Lingkungan Hidup telah memicu krisis sampah di wilayahnya. Ironisnya, pasca penutupan tersebut, PT. Vale dinilai tidak lagi memberikan perhatian yang semestinya terhadap persoalan krusial ini.
“Saat ini Kecamatan Towuti khususnya di delapan desa sudah mengalami darurat sampah diakibatkan PT. Vale tidak lagi fokus pada penanganan sampah pasca TPA Kuari ditutup,” ungkap Syamsul dengan nada tegas.
Lebih lanjut, Syamsul mengingatkan bahwa penanganan sampah di wilayah pemberdayaan merupakan tanggung jawab perusahaan tambang raksasa tersebut, sebagaimana tertuang dalam kontrak kerja sama. Ia menyayangkan sikap PT. Vale yang terkesan hanya berorientasi pada keuntungan pertambangan semata, tanpa mengindahkan persoalan lingkungan dan sosial di wilayah sekitar operasionalnya.
“PT. Vale jangan hanya fokus pada profit pertambangan saja tetapi bagaimana fokus juga pada penanganan sampah di wilayah pemberdayaan,” tandasnya.
Syamsul menyoroti adanya disparitas perlakuan PT. Vale dalam menangani sampah. Ia menyebutkan bahwa perusahaan tambang itu hanya fokus pada penanganan sampah di wilayah Sorowako, sementara Towuti dan Wasuponda seolah dianaktirikan.
“Saat ini PT. Vale hanya fokus penanganan sampah di wilayah Sorowako saja, meski begitu, Towuti jangan di anak tirikan, kami juga punya hak dan berkontribusi ke Vale,” sambungnya dengan nada kecewa.
Ia juga menyinggung lambannya respons Pemerintah Daerah (Pemda) dalam menangani persoalan TPA Kuari yang ditutup karena tidak memenuhi persyaratan. Menurutnya, keterlibatan PT. Vale dalam mencari solusi sangat dibutuhkan, mengingat TPA tersebut juga menjadi bagian dari wilayah pemberdayaan perusahaan.
“Harus kah kami menunggu TPA baru, baru kita buang sampah. Perlu diketahui, bahwa TPA Kuari bukan hanya jadi urusan Pemda saja, tetapi diisitu juga ada peran PT. Vale,” tegasnya.
Syamsul mempertanyakan alasan PT. Vale tidak memperluas sistem pengelolaan sampahnya yang sudah berjalan baik di Sorowako ke wilayah Towuti dan Wasuponda. Ia menilai, perbedaan perlakuan ini tidak adil mengingat status Towuti dan Wasuponda sebagai wilayah pemberdayaan.
“Bayangkan saja, saat ini PT. Vale hanya menyiapkan armada berupa mobil truk satu unit di Towuti yang beroperasi satu kali dalam sehari untuk penanganan sampah, loginya mana bisa satu unit itu menangani delapan desa,” ujar Syamsul dengan nada heran.
Keterbatasan armada ini diperparah dengan ketiadaan petugas pengangkut sampah. Syamsul mengungkapkan bahwa pemerintah desa telah menyiapkan anggaran untuk menggaji warga sebagai petugas sampah, namun tidak ada warga yang bersedia. Ia menduga, hal ini disebabkan kurangnya koordinasi dan dukungan dari pihak PT. Vale.
“Maksud saya, tidak bisa kah PT. Vale siapkan armada 4 sampai 5 mobil yang dilengkapi petugas sampah untuk beroperasi di delapan desa di Towuti ini, supaya sampah tidak lagi menumpuk dan membusuk,” ketusnya.
Sebagai bentuk protes dan ultimatum, Syamsul menegaskan akan melakukan aksi drastis jika PT. Vale tidak segera mengambil tindakan. Ia menyatakan, mewakili tujuh kepala desa lainnya, akan membuang sampah di Flyover dan Kantor Eksternal PT. Vale dalam dua hingga tiga hari ke depan.
“Kalau persolan ini tidak diindahkan PT. Vale maka dua, tiga hari kedepan saya mewakili teman-teman dari 7 desa akan membuang sampah di Flyover dan Kantor Eksternal PT. Vale, ini bukan ancaman, saya akan buktikan,” ancamnya dengan nada serius.
Lebih jauh, Syamsul menyoroti proyek pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce-Reuse-Recycle (TP3SR) di Desa Baruga yang menelan anggaran ratusan juta dari dana CSR PT. Vale, namun hingga kini tidak berfungsi. Ia juga mengkritik studi tiru terkait pengelolaan sampah yang dinilai tidak memberikan hasil yang signifikan meskipun telah menghabiskan anggaran.
“Dibeberkannya, bahwa pembanguanan TP3SR yang berada di Desa Baruga lewat dana CSR PT. Vale telah menghabiskan anggaran hingga ratusan juta tidak berfungsi sampai saat ini. Tidak hanya itu, studi tiru yang dilakukan juga menghabiskan anggaran untuk mendukung pengelolaan sampah dinilai hasilnya nol besar,” bebernya.
Oleh karena itu, Syamsul mendesak petinggi PT. Vale untuk melakukan audit terhadap penggunaan anggaran CSR tersebut yang dinilainya mubazir.
Awak media ini telah mencoba melakukan konfirmasi kepada Humas PT. Vale, Ibu Suwarny Dammar, terkait persoalan ini. Namun, hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari yang bersangkutan.
Pernyataan keras dari Kepala Desa Timampu ini menjadi sorotan tajam terhadap komitmen PT. Vale dalam menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya. Sikap tegas ini juga menjadi representasi kekecewaan mendalam dari masyarakat delapan desa di Towuti yang kini tengah bergelut dengan persoalan darurat sampah. (red)