Daerah

Ketika Sampah Bernilai Rupiah, Budidaya Maggot Aswan Dapat Apresiasi Gubernur Sultra

171
×

Ketika Sampah Bernilai Rupiah, Budidaya Maggot Aswan Dapat Apresiasi Gubernur Sultra

Sebarkan artikel ini

PERDETIK, – Desa Lahotutu, Kecamatan Wonggeduku Barat, Kabupaten Konawe, menjadi saksi langkah inovatif dalam pemanfaatan limbah organik.

Gubernur Sulawesi Tenggara, Mayjen TNI (Purn) Andi Sumangerukka, meresmikan budidaya maggot yang dikembangkan oleh seorang warga, Aswan, sebagai bagian dari program aksi Quick Win 100 Hari Gubernur Sultra ASR-Hugua.

“Budidaya maggot yang dikembangkan Pak Aswan patut ditiru karena inovasi ini memberi dampak ekonomi yang positif,” ujar Gubernur Andi Sumangerukka dalam seremoni peresmian yang berlangsung di kediaman Aswan.

Acara ini turut dihadiri oleh Ketua DPRD Sultra Laode Tariala, Sekda Provinsi Sultra Asrun Lio, Bupati Konawe Yusran Akbar, serta sejumlah anggota Forkompimda Sultra dan Kabupaten Konawe.

Selain itu, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Sultra Arinta Nila Hapsari dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Konawe juga turut menyaksikan momen penting ini.

Maggot, atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF), dikenal memiliki manfaat besar dalam mengurai sampah organik sekaligus menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi.

Dalam kunjungannya, Gubernur Andi Sumangerukka bersama rombongan melihat langsung proses budidaya dan inovasi yang telah dikembangkan oleh Aswan.

“Pak Aswan ini selain punya hobi, juga kreatif. Ia membuktikan bahwa sampah dapat direkayasa menjadi bernilai ekonomi, salah satunya menjadi kursi dan meja. Ini artinya kreativitas, jadi masyarakat tidak usah khawatir, kalau kita kreatif apa saja bisa bermanfaat,” tambah Gubernur.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pemberdayaan ekonomi, Gubernur Sultra menyerahkan bantuan modal usaha bagi ibu rumah tangga (Mantu) kepada 50 penerima, masing-masing sebesar Rp2 juta.

Tidak hanya itu, Gubernur bersama Ketua DPRD Sultra, Bupati Konawe, dan Ketua Tim PKK turut melepas bibit lele di kolam budidaya milik Aswan, menunjukkan sinergi antara inovasi dan ketahanan pangan.

Lagi Viral, Baca Juga  Pj Bupati Busel Ridwan Badallah Boyong OPD ke Lapandewa, Promosi Wisata dengan Cara Berbeda

Aswan sendiri mengungkapkan bahwa ia telah merintis budidaya maggot selama tiga tahun terakhir.

“Namanya berurusan dengan sampah tentu setiap orang membayangkan bau tidak nyaman. Tetapi berkat ketekunan, akhirnya dapat melewati masa-masa sulit hingga mendapat apresiasi banyak pihak,” katanya.

Dukungan dari berbagai instansi, termasuk Dinas Koperasi dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sultra, menjadi kunci keberhasilan proyek ini.

Kepala DLH Sultra, Andi Makkawaru, menjelaskan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya mengatasi kemiskinan ekstrem di daerah tersebut.

“Tahun 2024 lalu, ada program untuk mengatasi kemiskinan ekstrem. Dua potensi yang kami lirik, yakni produksi pupuk dan budidaya maggot. Kami pilih maggot karena lahan yang dibutuhkan tidak luas,” jelasnya.

Lebih lanjut, budidaya maggot dinilai cocok bagi kategori warga miskin ekstrem yang tidak memiliki rumah atau lahan luas. Dalam waktu 21 hari, budidaya ini sudah dapat memberikan penghasilan.

“Kami mencoba budidaya maggot di empat daerah, yakni Konawe Selatan, Konawe, Kota Kendari, dan Muna. Di tempat Pak Aswan berhasil sekitar 80 persen. Kendalanya hanya beberapa ibu rumah tangga yang belum memahami proses budidaya maggot, tapi setelah diperkenalkan, mereka mulai tertarik karena ternyata ulat ini sangat bersih,” tambah Andi Makkawaru.

Dengan peresmian ini, diharapkan budidaya maggot dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara dalam mengembangkan ekonomi berbasis inovasi dan keberlanjutan lingkungan. (Red)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
error: Content is protected !!