Konawe Selatan – Suara-suara pilu menggema di Desa Rambu-Rambu Jaya, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel). Warga yang sebagian besar petani kini hidup dalam ketakutan. Tanah yang mereka garap turun-temurun diklaim oleh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Tak tanggung-tanggung, lahan yang dipersoalkan itu luasnya mencapai 274 hektare.
“Sejak kecil kami tumbuh di sini. Tanah ini bukan sekadar ladang, tapi sumber kehidupan kami. Sekarang, kami merasa seperti tamu di rumah sendiri,” kata Kepala Desa Rambu-Rambu Jaya, Rusmin Suaib, Minggu, 16 Maret 2025.
Sejak beberapa bulan terakhir, warga tak bisa lagi menggarap tanah mereka dengan tenang. Mereka kerap mendapat ancaman dan tekanan, bahkan beberapa kali pagar kebun mereka dirusak. “Kami sering melihat kawat-kawat pembatas digulung, pagar kayu dibakar. Kami tidak tahu harus mengadu ke siapa,” ujar seorang warga dengan suara bergetar.
Tak hanya itu, beberapa warga mengaku pernah melihat pasukan bersenjata dan ambulans masuk ke desa mereka. “Kami tidak tahu maksudnya apa, tapi itu membuat kami takut. Apakah kami harus pergi? Ke mana kami akan tinggal?” keluh seorang ibu yang sehari-hari bertani untuk menghidupi anak-anaknya.
Kisah pilu lain datang dari seorang petani tua yang mengingat bagaimana tanah itu dulu dikelola orang tuanya. “Orang tua kami meninggal dengan keyakinan bahwa tanah ini adalah milik kami. Tapi sekarang, tanpa peringatan, tiba-tiba ada yang mengklaim itu bukan milik kami lagi,” katanya, matanya berkaca-kaca.
Rusmin menuturkan bahwa TNI AU mulai mengklaim lahan tersebut sejak 1975, dengan alasan tanah itu merupakan aset peninggalan Jepang. Namun, hingga kini, tak ada bukti hukum yang jelas atas klaim tersebut. “Kami hanya ingin kejelasan. Jika memang ada bukti, tunjukkan. Jangan main intimidasi,” katanya.
Kini, warga berada dalam ketidakpastian. Mereka tak bisa berkebun dengan tenang, tetapi juga tak punya tempat lain untuk pergi.
“Kami hidup dari hasil tanah ini. Jika tanah ini diambil, bagaimana kami akan makan? Bagaimana anak-anak kami bisa sekolah?” kata seorang warga dengan nada penuh harap.
Warga berharap pemerintah turun tangan untuk mencari solusi yang adil bagi mereka. “Kami tidak minta banyak. Kami hanya ingin hidup tenang, menggarap tanah kami sendiri, dan tidak merasa terancam di tanah yang sudah kami tempati sejak dulu,” ujar Rusmin.
Hingga berita ini diturunkan, pihak TNI AU belum memberikan pernyataan resmi terkait sengketa lahan ini. Namun, bagi warga Rambu-Rambu Jaya, harapan mereka sederhana: mereka hanya ingin kembali hidup damai di tanah yang telah mereka rawat selama bertahun-tahun. **