Daerah

Dampak PLTU OSS di Tani Indah, Warga Menderita, Tambak Mati, Udara Beracun, Napas Sesak

368
×

Dampak PLTU OSS di Tani Indah, Warga Menderita, Tambak Mati, Udara Beracun, Napas Sesak

Sebarkan artikel ini
Dari Air hingga Udara: Jejak Limbah Beracun PLTU di Konawe

KENDARI – Kamriadi hanya bisa menatap pasrah tambaknya yang menghitam. Pria 34 tahun itu berdiri di tepi tambak di Desa Tani Indah, Konawe, Sulawesi Tenggara, tempat di mana seharusnya bandeng-bandeng siap panen berenang lincah. Tapi pagi itu, Oktober 2024, ikan-ikan yang ia budidayakan mengambang tak bernyawa.

Dilansir dari www.mongabay.co.id, Pagi sebelumnya, ia masih melihat sisik ikan berkilau saat memeriksa tambak pukul 03.00 dini hari. Seperti biasa, ia membuka pintu irigasi untuk mengganti air tambak. Namun, di pagi harinya, ikan-ikan mati massal. “Kita mau apa lagi?” katanya, lemas.

Nasib serupa dialami petambak lain. Mereka menuding Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT Obsidian Stainless Steel (OSS) sebagai biang keladi. Limbah cair panas diduga dibuang ke sungai yang mengalir ke tambak warga. Namun, Bahar, Humas OSS, membantah tuduhan tersebut. “Limbah tidak langsung dibuang keluar. Ada pembuangan khusus yang kami buat di dalam,” katanya saat meninjau lokasi.

Warga Tani Indah tak percaya begitu saja. Sudah lama mereka mengeluhkan polusi dari industri smelter OSS dan PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI). Kedua perusahaan ini berada dalam satu kawasan industri nikel Morosi, bagian dari PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Sebelum smelter beroperasi, panen bandeng bisa dilakukan setiap tiga bulan. Kini, panen hanya setahun sekali, dan ukuran ikan jauh lebih kecil. “Air tambak sudah tercemar,” kata Kamriadi.

Laporan ke kepolisian tak membuahkan hasil. “Kalau masyarakat yang melapor, sulit direspons. Beda kalau perusahaan yang melaporkan masyarakat,” ujarnya.

Walhi Sultra melakukan uji laboratorium terhadap air di sekitar tambak. Hasilnya mengkhawatirkan. Kandungan logam berat seperti Kadmium (Cd) mencapai 0,0977 mg/L—hampir sepuluh kali lipat dari batas aman 0,01 mg/L. Tembaga (Cu) juga tercatat 0,0485 mg/L, melebihi baku mutu 0,02 mg/L.

Lagi Viral, Baca Juga  DAMAI! Konflik Lurah-Warga Ujung Bulu Tuntas

Kadmium dikenal sebagai racun bagi ekosistem air dan manusia. Paparan jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan ginjal, osteoporosis, hingga kanker. Tembaga berlebihan mengganggu sistem pernapasan dan fungsi hati.

Desember 2024, warga bersama Walhi Sultra, LBH Kendari, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Makassar melayangkan gugatan ke Pengadilan Negeri Unaaha. Proses hukum masih berjalan, tapi warga berharap ada keadilan.

Tak hanya air, udara pun bermasalah. Samsudin, 69 tahun, kerap terbangun di malam hari karena sesak napas. Hasil rontgen di Rumah Sakit Umum Daerah Kendari menunjukkan paru-parunya terkena infeksi. “Setiap hari, debu batu bara masuk rumah,” kata istrinya, Besse.

Debu hitam menempel di atap, dinding, lantai, hingga alat makan. Warga harus membersihkan rumah dua kali sehari. Zainuddin, 30 tahun, petani jagung terakhir di desa, mendapati tanaman jagungnya sulit tumbuh akibat polusi dari PLTU OSS. “Jagung hanya bisa tumbuh di lahan kecil, selebihnya mati,” katanya.

Puskesmas Motui mencatat 549 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sepanjang 2023. Meski tak merinci penyebabnya, warga yakin polusi industri adalah biang keladi.

Fatih Gama Abisono, kandidat doktor ilmu politik Universitas Gadjah Mada (UGM), menyoroti dampak lingkungan dari PLTU berbahan bakar batu bara. Menurutnya, polusi puncak terjadi di musim kemarau, antara Juli hingga Oktober. “Saat hujan, debu bisa tersapu air. Tapi di musim kemarau, udara penuh polutan,” katanya.

Abisono menekankan pentingnya perbaikan tata kelola industri batu bara, termasuk jarak antara pemukiman, area produksi, dan zona bongkar muat. “Jika tidak diatur dengan baik, warga terus jadi korban,” ujarnya.

Warga Tani Indah kini menggantungkan harapan pada pengadilan. Jika gugatan mereka menang, ini bisa menjadi preseden bagi perjuangan masyarakat kecil melawan raksasa industri yang mengabaikan lingkungan. **

Lagi Viral, Baca Juga  Wamen ATR/Waka BPN Tinjau PELATARAN di Kantah Kabupaten Badung

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com
error: Content is protected !!