KENDARI, – Pulau Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Sulawesi Tenggara, menghadapi tantangan berat.
Sektor pertanian andalan, seperti kelapa dan jambu mete, mengalami penurunan produktivitas drastis dalam beberapa tahun terakhir akibat dampak perubahan iklim.
Kondisi ini membuat investasi menjadi harapan baru dan kebutuhan mendesak untuk mendongkrak ekonomi daerah.
Hal ini terungkap dalam diskusi bertajuk “Sharing Session & Eksposur Awal Hasil Penelitian di Pulau Wawonii: Pengelolaan Sumber Daya Alam Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara” yang diselenggarakan oleh LSM Jaring Nusa dan Komnasdesa Sultra pada 24 Desember lalu.
“Tren produktivitas hasil pertanian, baik kelapa maupun jambu mete dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan, sehingga tidak lagi ekonomis,” ungkap Rosniawati, Peneliti Lapangan Pulau Wawonii, dalam diskusi tersebut.
Kepala Bappeda Kabupaten Konawe Kepulauan, Safiudin Alibas, menjelaskan bahwa mayoritas masyarakat Wawonii masih mengandalkan cara bertani tradisional.
Situasi ini diperparah oleh pola iklim yang tidak menentu. Jambu mete, misalnya, sangat membutuhkan cuaca panas saat mulai berbunga.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, saat jambu sedang berbunga iklim berubah, hujan terus menerus. “Tentu ini akan sangat berpengaruh sekali kepada buah jambu yang dihasilkan,” ujar Safiudin.
Kondisi ini diamini oleh Ruinaldo, seorang warga Desa Roko-Roko. Ia menyebut faktor cuaca sebagai penyebab utama kegagalan produksi jambu mete.
“Biasanya, jambu mete mulai berbunga pada bulan Oktober. Kalau sampai Oktober atau November masih hujan, akibatnya jambu akan gagal,” jelasnya, sembari menambahkan bahwa hujan terus turun hingga akhir tahun selama empat tahun terakhir.
Selain pertanian, potensi perikanan pun belum maksimal lantaran nelayan terkendala mesin kapal berkapasitas rata-rata 5 GT, yang tidak memungkinkan melaut lebih jauh.
Melihat tantangan struktural dan iklim tersebut, Safiudin Alibas menegaskan bahwa investasi merupakan kebutuhan mutlak bagi daerah dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah seperti Konkep.
“Investasi di Konkep saat ini sangat diperlukan. Kehadiran investasi telah nyata mendorong pertumbuhan ekonomi daerah maupun masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah daerah harus bersiap dengan memastikan semua penduduk memiliki kualifikasi yang relevan, menjamin multiplier effect bagi masyarakat, serta membuat regulasi yang mengutamakan kenyamanan warga.
Senada dengan Safiudin, tokoh pemuda Wawonii, Andiman, yang merupakan Mahasiswa Master Ekonomi UII Yogyakarta, menekankan bahwa investasi adalah cara paling masuk akal untuk mengejar ketertinggalan.
“Kita harus sadar fakta bahwa ada kesenjangan percepatan pembangunan bagi mereka yang tinggal di sebuah pulau dengan mereka yang tinggal di wilayah daratan. Solusi yang paling masuk akal untuk mengejar ketertinggalan ini adalah keterbukaan, khususnya pada investasi,” tegas Andiman. (red)










