JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan rencana besar Indonesia untuk mengakhiri ketergantungan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura. Langkah ini diambil setelah evaluasi menunjukkan harga beli BBM dari Singapura setara dengan harga dari negara-negara Timur Tengah.
“Setelah saya cek, kok harganya sama dibandingkan dengan dari negara Middle East. Ya, kalau begitu kita mulai berpikir bahwa mungkin, bukan kata mungkin lagi nih, sudah hampir pasti kita akan mengambil minyak dari negara lain yang bukan dari negara itu,” tegas Bahlil di Gedung Kementerian ESDM, Minggu (11/5/2025).
Selama ini, Indonesia mengimpor 54% kebutuhan BBM dari Singapura. Bahlil menargetkan dalam enam bulan ke depan, impor tersebut akan dialihkan ke negara lain. Â Pertamina tengah membangun dermaga besar untuk menampung kapal-kapal jumbo, yang menjadi salah satu faktor pendukung pengalihan ini.
 “Karena kalau dari Singapura kan kapalnya kan yang kecil-kecil, itu juga salah satu alasan. Jadi kita membangun yang besar, supaya satu kali angkut, nggak ada masalah. Maka, pelabuhannya yang diperbesar, dan kedalamannya harus dijaga,” jelasnya.
Salah satu negara yang dibidik sebagai pengganti Singapura adalah Amerika Serikat. Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi negosiasi Indonesia dalam merespons kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
“Ya, sebagian lah. Kan kita sudah mempunyai perjanjian dengan Amerika. Salah satu diantara yang kita tawarkan itu adalah, kita harus membeli beberapa produk dari mereka. Diantaranya adalah BBM, crude, dan LPG,” ungkap Bahlil.
Dengan pengalihan impor ini, Indonesia berharap dapat memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada satu negara. Selain itu, langkah ini juga diharapkan dapat membuka peluang kerja sama yang lebih luas dengan negara-negara penghasil minyak lainnya. (*)