KENDARI, – Debu dan aroma tak sedap dari TPA Puwatu seolah tak mampu meredam senyum yang merekah di wajah-wajah lusuh, Selasa 25 Maret 2025.
Di sana, di bawah naungan tenda cokelat yang sederhana, harapan menjelma menjadi butiran beras, siap dibagikan oleh tangan-tangan penuh kasih dari Hiswana Migas Sultra.
Jelang Idul Fitri, ketika kota Kendari mulai semarak dengan gemerlap lampu dan aroma kue kering, warga TPA Puwatu bergelut dengan realitas hidup yang keras. Bagi mereka, lebaran bukan tentang baju baru atau hidangan mewah, melainkan tentang bagaimana mengisi perut yang keroncongan.
Di tengah situasi itu, Rachman Siswanto, Ketua DPC IV Hiswana Migas Sultra, datang membawa secercah cahaya. Bukan hanya sekadar beras, tapi juga harapan. “Kami tahu, hidup di sini tak mudah. Tapi kami ingin berbagi, agar Idul Fitri kali ini sedikit lebih bermakna,” ujarnya, matanya berkilat tulus.
Fahd Atsur, sang sekretaris, tak kalah sigap. Tangannya lincah membagikan kupon, memastikan setiap kepala keluarga mendapat bagian. Di bawah tenda, seorang ibu berkerudung lusuh memeluk erat bungkusan beras, matanya basah. “Terima kasih, Nak. Ini rezeki dari langit,” bisiknya, suaranya bergetar.
Di sekelilingnya, puluhan pasang mata menatap penuh harap. Bukan hanya pada beras, tapi pada secercah harapan yang dibawa Hiswana Migas. Tenda cokelat itu menjadi saksi bisu, bagaimana di tengah keterbatasan, kebaikan tetap bersemi.
Cerita di TPA Puwatu bukan sekadar tentang bantuan beras. Ini tentang kemanusiaan, tentang bagaimana di tengah himpitan hidup, masih ada tangan-tangan yang sudi berbagi. Tentang bagaimana di balik aroma tak sedap sampah, masih ada hati yang beraroma wangi kepedulian.
Dan di bawah naungan tenda cokelat itu, Idul Fitri kali ini terasa lebih hangat, lebih bermakna. Bukan karena gemerlap lampu kota, tapi karena cahaya harapan yang menyala di hati setiap warga TPA Puwatu. (red)