Langit Kendari berpendar keemasan saat matahari perlahan tenggelam.
Angin sore berembus lembut, membawa aroma khas Ramadan, harapan, kebersamaan, dan keberkahan. Di dalam Ballroom Claro Kendari, Sabtu (22/3), suasana tak kalah hangat.
Ratusan anak duduk rapi, mengenakan pakaian terbaik mereka. Gamis putih bersih, peci hitam mengilap, jilbab berwarna lembut.
Senyum mereka mengembang, meski sebagian terlihat masih canggung. Namun, ketika satu per satu mereka disalami oleh Ketua Kadin Sultra, Anton Timbang, kehangatan mulai menyelimuti ruangan.
Ramadan selalu menjadi bulan istimewa. Bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang mengulurkan tangan.
Tahun ini, Kadin Sultra kembali menggelar Kadin Berbagi, menghadirkan 600 anak yatim dari berbagai panti asuhan di Kendari.
“Alhamdulillah, tahun ini kita bisa berbagi kebahagiaan dengan adik-adik yatim piatu kita di Kota Kendari. Sebanyak 600 anak dari 12 panti asuhan kita santuni,” ujar Anton Timbang.
Namun, berbeda dari sekadar acara seremonial, Kadin Berbagi ingin menyentuh hati mereka.
Tidak hanya memberikan santunan dalam amplop, tetapi juga mengajak mereka menikmati hidangan berbuka yang mungkin jarang mereka rasakan di hari biasa.
Di sebuah sudut ruangan, seorang bocah laki-laki sekitar sepuluh tahun tampak tersenyum malu-malu. Ia memandang piring di hadapannya berisi nasi, ayam goreng, sayur hangat, dan segelas es buah yang tampak menyegarkan.
“Bisa makan enak, ramai-ramai begini, rasanya senang sekali,” katanya lirih.
Momen-momen sederhana seperti ini adalah alasan mengapa acara ini diadakan.
Di tengah acara, Anton Timbang duduk bersimpuh, mendekati seorang gadis kecil yang tampak ragu untuk maju.
Usianya mungkin delapan tahun. Dengan mata berbinar, ia akhirnya melangkah, menerima santunan, dan tanpa ragu, mencium tangan Anton.
“Terima kasih, Om,” bisiknya.
Hanya dua kata. Namun, di dalamnya ada doa, ada ketulusan, ada harapan yang tak terucapkan.
Bagi Kadin Sultra, Ramadan bukan hanya tentang ibadah pribadi, tetapi juga tanggung jawab sosial.
Tahun lalu, mereka turun langsung ke berbagai panti asuhan di Konawe, Kolaka, Bombana, hingga Konawe Selatan.
Tahun ini, meski lebih terpusat di Kendari, maknanya tetap sama: menghadirkan senyum bagi mereka yang membutuhkan.
“Kami ingin mereka merasa memiliki keluarga, merasa diperhatikan. Karena sejatinya, mereka bukan hanya tanggung jawab panti asuhan, tetapi juga bagian dari kita semua,” ujar Anton.
Malam semakin larut, namun cahaya kehangatan tak padam. Anak-anak mulai beranjak pulang, menggenggam erat amplop kecil di tangan mereka.
Tapi lebih dari itu, mereka membawa sesuatu yang lebih besar perasaan dicintai.
Di luar ballroom, seorang anak sempat menoleh ke belakang. Matanya masih berbinar, seakan menghafalkan momen yang baru saja ia alami.
Dan mungkin, malam itu, dalam doa-doa kecil mereka, ada satu permintaan yang sama,
“Semoga Ramadan selalu seperti ini hangat, penuh cinta, dan berarti. Semoga Pak Anton selalu diberi kesehatan, rezeki yang berlimpah, dan keberkahan dalam hidupnya,” pintanya dalam doa. (Ixan)