KENDARI, – Provinsi Sulawesi Tenggara mencatatkan inflasi tahunan (Year on Year/y-on-y) sebesar 1,96 persen pada April 2025, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 108,87. Kabupaten Kolaka menjadi wilayah dengan inflasi tertinggi, menyentuh angka 3,32 persen dengan IHK 110,32, sementara Kota Kendari mencatat inflasi terendah sebesar 1,34 persen dengan IHK 108,00.
Plt. Kepala BPS Sulawesi Tenggara, Surianti Toar, dalam keterangan persnya awal pekan ini, mengungkapkan bahwa kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi y-on-y, melonjak hingga 4,01 persen. Selain itu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 6,99 persen.
Sejumlah komoditas pangan menjadi pemicu utama inflasi tahunan di Sultra. Emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi terbesar, diikuti oleh ikan layang/ikan benggol, ikan bandeng/ikan bolu, Sigaret Kretek Mesin (SKM), cabai rawit, ikan selar/ikan tude, dan minyak goreng. Komoditas lain seperti beras, nasi dengan lauk, serta berbagai jenis ikan juga turut andil dalam kenaikan harga.
Di sisi lain, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga memberikan kontribusi besar terhadap inflasi, terutama didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan.
Meskipun sebagian besar kelompok pengeluaran mengalami inflasi, terdapat beberapa kelompok yang justru mencatatkan deflasi (penurunan harga) secara tahunan. Kelompok pakaian dan alas kaki mengalami deflasi sebesar 1,27 persen, kelompok transportasi turun 1,66 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatat deflasi sebesar 0,45 persen.
Deflasi pada kelompok transportasi terutama dipengaruhi oleh penurunan tarif angkutan udara dan harga tomat. Sementara itu, penurunan harga pulsa ponsel menjadi penyumbang utama deflasi pada kelompok informasi dan komunikasi.
Secara bulanan (Month to Month/m-to-m), Sulawesi Tenggara mengalami inflasi sebesar 0,89 persen pada April 2025. Kenaikan tarif listrik dan harga emas perhiasan menjadi penyumbang utama inflasi bulanan ini. Sementara itu, komoditas seperti ikan layang/ikan benggol dan tarif pulsa ponsel justru mengalami penurunan harga secara bulanan.
Secara kumulatif sejak awal tahun (Year to Date/y-to-d), inflasi di Sulawesi Tenggara hingga April 2025 tercatat sebesar 2,17 persen.
Perbedaan tingkat inflasi antar kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara cukup signifikan. Kabupaten Kolaka mencatatkan inflasi y-on-y tertinggi sebesar 3,32 persen, jauh di atas rata-rata provinsi. Sementara itu, Kota Kendari berhasil menekan inflasi hingga menjadi yang terendah, yaitu 1,34 persen. Perbedaan ini mengindikasikan adanya dinamika ekonomi dan distribusi yang berbeda di setiap wilayah.
Inflasi yang terjadi di Sulawesi Tenggara pada April 2025, terutama pada kelompok pangan dan perawatan pribadi, perlu menjadi perhatian.
Kenaikan harga kebutuhan pokok dapat mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. (red)