KENDARI, – Kinerja ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) menunjukkan tren beragam pada Agustus hingga September 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra merilis indikator strategis yang menunjukkan pelemahan di sektor perdagangan luar negeri dan Nilai Tukar Petani (NTP), di tengah peningkatan pariwisata dan angkutan udara.
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BPS Provinsi Sultra, Andi Kurniawan, dalam siaran pers pada Rabu (1/10/2025), memaparkan beberapa perubahan signifikan dari data terbarunya.
Sektor perdagangan luar negeri Sultra mengalami kontraksi yang cukup dalam pada Agustus 2025.
Nilai Ekspor Sultra tercatat sebesar US$278,46 juta, mengalami penurunan drastis sebesar 12,40 persen dibandingkan Agustus 2024. Nilai Impor juga ikut menyusut, mencapai US$101,94 juta, atau turun 17,56 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya.
Pada September 2025, Sultra secara keseluruhan mengalami inflasi Year on Year (y-on-y) sebesar 3,68 persen.
Laju inflasi tertinggi tercatat terjadi di Kota Baubau yang mencapai 4,84 persen. Sementara itu, kesejahteraan petani mengalami tekanan.
Nilai Tukar Petani (NTP) Sultra pada September 2025 tercatat 106,70, turun sedalam 2,01 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan NTP ini mengindikasikan bahwa harga yang dibayar petani untuk kebutuhan hidup dan biaya produksi lebih cepat naik dibanding harga jual hasil panen mereka.
Di sisi lain, sektor pariwisata dan transportasi menunjukkan hasil yang lebih positif. Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Sultra pada Agustus 2025 tercatat sebesar 37,90 persen, meningkat sebesar 3,10 poin dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat dari Sultra pada Agustus 2025 tercatat sebanyak 55.818 orang, naik 0,89 persen dibandingkan Juli 2025.
Namun, peningkatan ini tidak diikuti oleh transportasi laut. Jumlah penumpang angkutan laut domestik yang berangkat pada Agustus 2025 justru menurun sebesar 6,29 persen, dari 121.999 orang menjadi 114.528 orang.
Data BPS ini menjadi acuan strategis bagi Pemprov Sultra untuk memetakan sektor mana yang perlu diintervensi, khususnya terkait pelemahan ekspor dan kondisi kesejahteraan petani. (red)










