KOLAKA, – Ratusan pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi masyarakat di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, menggelar unjuk rasa di area proyek Indonesia Growth Project (IGP) milik PT Vale Indonesia Tbk di Blok Pomalaa. Aksi yang berlangsung pada Senin (8/9) pagi ini menyoroti minimnya penyerapan tenaga kerja lokal dalam proyek strategis tersebut.
Berdasarkan pantauan di lokasi, massa aksi yang dipimpin oleh Jayadin, seorang tokoh adat, mulai memasuki area tambang di Desa Huko-Huko, Kecamatan Pomalaa. Mereka menuntut agar PT Vale memprioritaskan masyarakat dan perusahaan lokal dalam proyek yang digagas sejak 2022 dan mulai dibangun pada 2023.
Dalam orasinya, Jayadin mengungkapkan kekecewaannya terhadap pihak perusahaan. “Kami merasa dibohongi. Mereka sudah masuk ke Kolaka, tapi anak-anak kami tidak ada yang diberdayakan. Kalaupun ada, hanya beberapa orang,” ujarnya. Jayadin juga menegaskan bahwa mereka tidak lagi ingin berdialog dengan kepala cabang dan menuntut untuk bertemu langsung dengan Direktur Utama PT Vale.
Dua tuntutan utama yang disuarakan oleh para demonstran adalah pemberdayaan tenaga kerja lokal dan pemberian kesempatan bagi perusahaan lokal untuk terlibat dalam proyek. Aksi ini mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan, termasuk Kapolres Yudha Widyatama dan Dandim 1412 Letkol Inf Choky Gunawan.
Aksi unjuk rasa ini sejalan dengan Peraturan Bupati (Perbup) Kolaka Nomor 56 Tahun 2023 tentang Pemberdayaan dan Perluasan Kesempatan Kerja Tenaga Kerja Lokal. Peraturan ini secara spesifik mewajibkan perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja lokal sebesar 70 persen dan tenaga kerja dari luar daerah Kolaka sebesar 30 persen, sesuai kualifikasi yang dibutuhkan.
