KENDARI – Di tengah bayang-bayang kenaikan harga yang menghantui berbagai daerah, Kota Kendari menunjukkan langkah berbeda.
Pemerintah Kota (Pemkot) Kendari, berkolaborasi dengan Pemprov Sulawesi Tenggara, tak hanya mengandalkan pasar murah, namun juga meresmikan sebuah strategi distribusi yang lebih modern: kios pangan digital. Dua jurus jitu ini menjadi kunci keberhasilan Kendari mencatatkan inflasi terendah di Sultra.
Wali Kota Kendari, dr. Siska Karina Imran, menjelaskan bahwa upaya pengendalian harga di wilayahnya berjalan masif sejak awal tahun. “Sepanjang Februari hingga September 2025, kami telah menggelar 66 kali Gerakan Pangan Murah (GPM) yang menyasar seluruh kecamatan,” kata Siska.
GPM ini, menurutnya, menjadi respons cepat untuk menstabilkan harga komoditas pokok di setiap sudut kota, memastikan setiap warga dapat mengakses bahan pangan dengan harga terjangkau.
Namun, GPM saja dinilai belum cukup. Untuk menjamin distribusi yang lebih merata dan berkelanjutan, Pemkot Kendari meluncurkan 111 kios pangan digital di tingkat kelurahan. Langkah ini memungkinkan warga membeli bahan pokok dengan harga subsidi tanpa harus menunggu GPM digelar.
Kios-kios ini berfungsi sebagai pusat distribusi yang memotong rantai pasok panjang, sehingga harga jual ke konsumen bisa ditekan.
Berkat kombinasi GPM dan kios digital ini, data inflasi Kota Kendari menunjukkan hasil yang memuaskan. “Untuk inflasi month to month, Kota Kendari berada di angka minus 0,22 persen, terendah di Sultra. Sementara year on year, kita mencatat 2,89 persen, juga yang paling rendah di wilayah ini,” ujar Siska.
Gubernur Sulawesi Tenggara, Andi Sumangerukka, mengapresiasi inovasi yang dilakukan Pemkot Kendari. Ia menekankan bahwa GPM harus terus diperluas hingga ke tingkat desa dan kecamatan.
“Sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat penting agar harga tetap stabil dan akses pangan terjamin,” tegasnya. Inovasi Kendari ini bisa menjadi model bagi daerah lain dalam menanggulangi inflasi secara terstruktur dan efektif. (red)