MOROWALI – Federasi Pertambangan dan Energi (FPE) mengeklaim kompensasi atas insiden kecelakaan kerja di sentra industri nikel Morowali, Sulawesi Tengah, pada 2024 mencapai lebih dari Rp80 miliar.
Angka fantastis ini terkuak di tengah sorotan tajam terhadap kondisi keselamatan kerja yang disebut-sebut kian memburuk di kawasan industri nikel, khususnya di bawah payung PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Sekretaris Jenderal FPE, Nikasi Ginting, mengungkapkan bahwa insiden kecelakaan kerja di IMIP nyaris terjadi setiap hari dan telah merenggut banyak nyawa, namun kerap luput dari perhatian publik.
“Buruh setiap hari meninggal di sana karena kecelakaan kerja. Ada juga yang jarinya terpotong, yang kepalanya bocor,” kata Nikasi di sela agenda ESG Forum 2025, Selasa (3/6/2025). Ia juga menyayangkan absennya peran pemerintah di kawasan tersebut.
“Masih adakah pemerintah di kawasan Morowali? Buruh menjadi korban tiap hari, banyak penekanan, tetapi tidak ada yang bisa kita ajak bicara di kawasan,” tegasnya.
Nikasi menyoroti ironi penerapan aspek environmental, social, and governance (ESG) di sektor pertambangan nikel nasional, yang sejatinya digadang-gadang untuk memenuhi tuntutan pasar global.
Menurutnya, di lapangan, buruh nikel di IMIP bekerja dengan upah murah dan lembur yang seolah menjadi kewajiban. “Namun, apa yang terjadi? Tidak ada safety. Manajemen investor asing mengatakan, ‘Lakukan saja. Kerjakan saja. Ini pipa bocor, lakukan saja.
Kerjakan.’ Setengah jam kemudian meledak, 21 meninggal. Apa yang kita kerjakan dengan ini?” tutur Nikasi, merujuk pada tragedi ledakan smelter PT ITSS pada Desember 2023 yang menewaskan 21 pekerja.
FPE, lanjut Nikasi, telah berupaya membuka ruang dialog dengan para tenant di kawasan IMIP pada Februari 2025 di Palu untuk membahas persoalan keselamatan pekerja.
Namun, ia menyesalkan tidak adanya perwakilan perusahaan—yang mayoritas didominasi investor Cina—yang bersedia berdialog dengan buruh. “Padahal setiap hari [ada kasus] kematian. Per 23 Desember 2023, 21 yang meninggal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nikasi menjelaskan bahwa tingginya nilai kompensasi kecelakaan kerja pada 2024, yang mencapai lebih dari Rp80 miliar di kawasan Sulawesi Tengah, kemungkinan besar imbas dari ledakan smelter PT ITSS di Morowali pada 2023.
Selain itu, ia menyebut kompensasi Jaminan Kematian dari BPJS Ketenagakerjaan pada 2024 mencapai sekitar Rp600 juta untuk 21 korban jiwa akibat kecelakaan kerja pada 2023. Nikasi juga menggarisbawahi bahwa tidak hanya insiden di smelter, kasus longsor maut di wilayah pertambangan nikel juga kerap terjadi.
Saat dimintai konfirmasi, Media Relations Head IMIP, Dedy Kurniawan, membantah keras tudingan bahwa kawasan industri Morowali tidak memenuhi standar keamanan.
“Kami anggap [tudingan] ini sangat tidak berdasar dan lebih pada upaya mencari popularitas semata,” tegas Dedy saat dihubungi pada Selasa (3/6/2025). Meskipun demikian, Dedy mengakui bahwa PT IMIP dan perusahaan-perusahaan tenant di dalamnya “bukanlah perusahaan sempurna dan masih memiliki kekurangan.” Ia memastikan bahwa kawasan basis industri hilir nikel itu akan selalu berusaha patuh terhadap regulasi pemerintah dan terus melakukan perbaikan.
Data Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan gambaran yang mengkhawatirkan. Hingga 2023, tercatat total 61 korban jiwa akibat kecelakaan kerja pada pabrik pemurnian atau smelter di lima area di Indonesia, seluruhnya merupakan insiden di smelter nikel.
Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan Kemenaker, Yuli Adiratna, dalam paparannya pada agenda Human Health & Environmental Development in Indonesia’s Nickel Value Chain akhir September 2024, menjelaskan bahwa korban terbanyak berada di kawasan IMIP.
Tercatat 39 orang meninggal dunia dan 82 korban luka-luka pada periode 2016–2023. Selain itu, 40 orang mengalami pusing dan sesak napas karena kebocoran gas asam di PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI).
Kementerian Ketenagakerjaan juga mencatat 25 kasus kecelakaan kerja di smelter IMIP pada periode tersebut. “Kita mencatat beberapa insiden, kejadian-kejadian kecelakaan kerja, misalnya ada beberapa contoh, 2016 sampai 2023, [sebanyak] 25 insiden yang mengakibatkan 39 korban jiwa, 82 orang luka-luka, 40 orang menderita pusing,” ujar Yuli.
Angka kematian juga tinggi di Gunbuster Nickel Industry (GNI) dengan 10 kasus kecelakaan kerja pada periode 2020–2023 yang menyebabkan 8 korban meninggal dunia dan 3 korban luka-luka. Sementara itu, PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) mencatat 9 kasus kecelakaan kerja pada periode 2015–2022 yang menelan 7 korban jiwa.
“Kita tidak melihat jumlahnya. Satu orang pun tidak boleh ada fatalitas, karena begitu meninggal, korban jiwa tidak balik lagi,” tegas Yuli, menekankan bahwa kecelakaan kerja merugikan banyak pihak: keluarga, perusahaan, investor, dan negara. Sebagai respons, Yuli menyatakan bahwa Kemenaker memiliki program spesifik untuk memastikan dan mendampingi setiap smelter dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.
“Jadi kita melakukan pendampingan di beberapa smelter yang ada, terus kita minta laporan secara rutin, kemudian kita berikan dorongan agar mereka menyusun semacam roadmap, program kepatuhan terhadap norma-norma ketenagakerjaan,” pungkasnya. (bloombergtechnoz)