KENDARI, – Raimel Jesaja bukan nama asing di dunia hukum dan kejaksaan Indonesia.
Pria berdarah Toraja ini telah melanglang buana dalam berbagai posisi strategis di Kejaksaan Agung Republik Indonesia, membawa ketegasan dan dedikasi dalam setiap tugasnya.
Dari Sulawesi Tenggara hingga Jakarta, ia selalu menunjukkan komitmen dalam penegakan hukum, terutama dalam memberantas korupsi.
Raimel Jesaja resmi menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulawesi Tenggara pada Maret 2022.
Penunjukan ini merupakan bagian dari rotasi besar di Kejaksaan, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Jaksa Agung Nomor 54. Namun, perjalanan kariernya jauh lebih panjang dari itu.
Pada 2015, ia pernah bertugas sebagai Asisten Pidana Khusus (Aspidsus) di Kejati Sultra, menangani berbagai kasus korupsi besar.
Salah satu kasus yang menjadi sorotan adalah dugaan korupsi pembangunan kantor Bupati Konawe Utara yang merugikan negara Rp2,3 miliar.
Kiprahnya di Sultra tak berhenti di situ. Pada 2017, ia mendapatkan promosi sebagai Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Jakarta Selatan, menggantikan Sarjono Turin.
Sepanjang kariernya, Raimel dikenal sebagai sosok yang tegas dan tak kenal kompromi dalam pemberantasan korupsi.
Saat menjabat sebagai Aspidsus Kejati Sumatera Selatan pada 2019, ia berhasil mengembalikan kerugian negara sebesar Rp5,3 miliar dalam kasus dugaan korupsi proyek jalan akses Bandara Atung Bungsu, Kota Pagar Alam.
“Uang negara yang diselamatkan dari kasus korupsi dan TPPU sepanjang tahun 2022 sebanyak Rp5,395 miliar,” ujar Raimel Jesaja.
Komitmennya dalam penegakan hukum terus berlanjut saat ia ditunjuk sebagai koordinator di satuan kerja Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Umum (Jampidum) Kejaksaan Agung.
Promosi demi promosi mengantarkannya ke posisi Wakajati Sulawesi Utara (2020), Wakajati Sulawesi Selatan (2021), hingga akhirnya dipercaya sebagai Direktur Ekonomi dan Keuangan di Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) pada Februari 2023.
Tak hanya tegas, Raimel juga memiliki pendekatan yang lebih luas dalam menegakkan keadilan. Baginya, hukum bukan hanya soal hukuman, tetapi juga pencegahan.
“Kalau masih bisa diberikan pemahaman dan pencegahan, kenapa tidak? Itulah tantangan kita ke depan. Jika langsung diberikan hukuman, malah tidak memberi manfaat dan tidak menjamin ada efek jera. Selain menambah biaya negara, juga berdampak pada ekonomi keluarga si pelaku,” tuturnya.
Pendekatan humanis ini membuatnya semakin dikenal sebagai jaksa yang tidak hanya fokus pada penindakan, tetapi juga edukasi hukum.
Dengan rekam jejak panjang dan dedikasi tinggi, Raimel Jesaja telah menjadi salah satu figur penting dalam institusi kejaksaan Indonesia.
Keberhasilannya dalam menangani berbagai kasus besar dan menyelamatkan miliaran rupiah uang negara menjadi bukti nyata profesionalisme dan integritasnya.
Ia terus menjadi inspirasi bagi banyak jaksa muda dan menjadi ujung tombak dalam upaya pemberantasan korupsi di tanah air. (Red)










