JAKARTA, – Jagat media sosial kembali diguncang isu kontroversial, kali ini melibatkan mantan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni. Setelah insiden penjarahan di rumahnya, sebuah foto benda misterius berwarna hitam yang dijuluki “Black Mamba” viral dan diklaim ditemukan di kediamannya. Isu ini sontak menyulut perdebatan panas, namun hasil penelusuran membuktikan bahwa kabar tersebut hanyalah hoaks lama yang kembali digoreng.
Peristiwa ini bermula dari pernyataan kontroversial Ahmad Sahroni. Ia menyebut orang-orang yang menuntut pembubaran DPR sebagai “mental manusia tertolol sedunia.” Ucapan ini memicu kemarahan publik dan berujung pada aksi massa di rumahnya di Tanjung Priok pada Sabtu, 30 Agustus 2025.
Rumah yang dikenal sebagai kediaman “Crazy Rich Tanjung Priok” itu porak-poranda. Massa merusak mobil listrik mewah seperti Tesla dan Lexus, serta menjarah barang-barang branded, termasuk tas Hermes dan Louis Vuitton. Detik-detik penjarahan bahkan disiarkan langsung melalui TikTok dan disaksikan oleh jutaan penonton.
Di tengah kekacauan tersebut, muncul foto yang menampilkan benda hitam misterius, yang lantas disebut “Black Mamba.” Dengan narasi yang menyertainya, benda tersebut diinterpretasikan sebagai alat bantu seks milik istri Sahroni. Kabar ini menyebar cepat di platform X (sebelumnya Twitter), menambah daftar panjang kontroversi yang melibatkan nama Sahroni.
Warganet terbagi. Ada yang menanggapi dengan satire, namun tak sedikit yang langsung mempercayai kabar tersebut sebagai fakta, tanpa melakukan verifikasi.
Sejumlah akun X seperti @ReyAk dan @KPHYudi segera memberikan klarifikasi penting. Mereka membongkar fakta bahwa foto yang viral itu bukanlah berasal dari rumah Ahmad Sahroni.
Penelusuran digital menunjukkan bahwa foto aslinya diambil dari rumah aktris Lebanon, Elissa, setelah ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada tahun 2020. Lebih lanjut, benda yang disebut “Black Mamba” itu sendiri tidak ada dalam foto asli dan diduga kuat merupakan hasil manipulasi digital.
“Tidak ada fakta yang mendukung kabar itu. Isu ini jelas sengaja digoreng untuk memperkeruh opini publik,” tulis salah satu akun klarifikasi.
Kasus ini menjadi pengingat keras bagi masyarakat tentang bahaya disinformasi. Sebuah potongan gambar dan narasi tanpa dasar bisa dengan mudah mencemarkan nama baik seseorang dan menciptakan persepsi publik yang keliru.
Literasi digital dan sikap kritis sangat penting. Sebelum mempercayai dan menyebarkan informasi, pastikan sumbernya terpercaya dan sudah terverifikasi. Jangan sampai terjebak dalam pusaran hoaks yang dapat merugikan banyak pihak. **
