KENDARI – Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terus memacu perbaikan infrastruktur irigasi di tengah tantangan kondisi jaringan yang memprihatinkan. Berdasarkan data terbaru, hampir 50% jaringan irigasi di wilayah tersebut mengalami kerusakan, mulai dari tingkat sedang hingga berat.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (SDA BM) Sultra, Pahri Yamsul, mengungkapkan hal ini di Kendari pada Kamis (14/8/2025). Menurutnya, kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah provinsi.
“Tugas utama kami adalah mengelola dan mengembangkan sistem irigasi primer dan sekunder, yang mencakup pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, operasi, dan pemeliharaan jaringan,” jelas Pahri Yamsul.
Saat ini, Dinas SDA BM Sultra mengelola 12 daerah irigasi dengan total luas lebih dari 12.000 hektare. Jaringan irigasi ini tersebar di beberapa kabupaten, yaitu Kolaka, Konawe, Konawe Selatan, Muna Barat, dan Kota Bau-Bau, dengan total panjang saluran 145 kilometer dan 838 bangunan irigasi.
“Berdasarkan data baseline 2024, kondisi jaringan irigasi yang baik baru mencapai 55,99%,” ungkap Pahri. “Sisanya, 29,03% dalam kondisi rusak sedang dan 14,98% rusak berat. Ini berarti hampir setengah dari jaringan kami membutuhkan penanganan serius.”
Dengan kondisi tersebut, dinas menargetkan pada 2030, persentase kondisi jaringan irigasi yang baik dapat meningkat hingga 65%.
Untuk mencapai target itu, Dinas SDA BM telah menyusun program prioritas pada tahun 2025 dengan fokus utama mendukung program swasembada pangan. Upaya ini diwujudkan melalui kegiatan rehabilitasi infrastruktur dan operasi serta pemeliharaan jaringan. Namun, implementasi program ini harus dilakukan secara terukur dengan skala prioritas, mengingat adanya efisiensi anggaran daerah.
Dua lokasi utama yang menjadi prioritas pada tahun ini adalah Daerah Irigasi (DI) Asolu di Kabupaten Konawe dan DI Tamboli di Kabupaten Kolaka. Di DI Asolu, perbaikan difokuskan pada jalan inspeksi sepanjang lebih dari 1 kilometer yang kondisinya tidak memadai. Perbaikan ini tidak hanya untuk mempermudah pemantauan jaringan tetapi juga memberikan akses vital bagi petani dalam mengangkut hasil panen.
Sementara itu, di DI Tamboli, perbaikan mendesak dilakukan pada bangunan Siphon di Saluran Tamboli Kiri. Bangunan ini mengalami kerusakan akibat gerusan air saat banjir, yang menyebabkan terhentinya pasokan air ke 200 hektare lahan sawah.
Sementara itu Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air, Syukriyanto menambahkan, selain dua proyek prioritas tersebut, dinas juga tetap melaksanakan rehabilitasi dengan anggaran yang lebih kecil di daerah irigasi lain. Operasi dan pemeliharaan jaringan juga menjadi kegiatan rutin tahunan yang terus diprogramkan. “Kegiatan ini sangat penting untuk mempertahankan kondisi jaringan dan mengembalikan fungsinya,” pungkasnya. (Ikhsan)