PERDETIK, – Di era digital yang serba cepat, jurang kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan masih menjadi tantangan besar.
Namun, melalui program Baktiku Negeriku, Telkomsel tidak hanya berupaya menjembatani kesenjangan itu, tetapi juga menanamkan fondasi kemandirian yang kuat di akar rumput.
Program yang berlanjut di Desa Pampang, Gunung Kidul, dan Desa Sukoharjo, Pacitan, Program ini bukan sekadar bantuan musiman, melainkan sebuah investasi jangka panjang yang berfokus pada kemandirian desa.
Program ini berani mendobrak paradigma lama dengan fokus pada tiga pilar utama teknologi, ekonomi, dan manusia. Alih-alih hanya membangun menara BTS atau menyediakan akses internet, Telkomsel secara strategis mengimplementasikan Integrated Farming Demonstration Plot, sebuah sistem pertanian terpadu yang memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas. Ini adalah langkah konkret yang menyentuh langsung denyut nadi ekonomi masyarakat desa, mengubah cara mereka bertani, beternak, dan berbudidaya ikan agar lebih efisien dan modern.
Di sisi lain, Telkomsel juga memahami bahwa pariwisata adalah mesin pertumbuhan baru. Melalui inisiatif Creative Tourism and Circular Economy, program ini mendorong masyarakat untuk mengelola potensi alam dan budaya mereka menjadi daya tarik wisata berbasis pelestarian.
Ini bukan tentang membangun destinasi baru dari nol, melainkan tentang mengoptimalkan apa yang sudah ada, melestarikannya, dan mengintegrasikannya dengan sentuhan digital untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Tak hanya itu, kehadiran Telkomsel Creative Digital Center di kedua desa menjadi bukti komitmen untuk membangun sumber daya manusia yang adaptif. Pusat pelatihan ini menjadi wadah bagi masyarakat, dari petani hingga pelaku UMKM, untuk meningkatkan literasi digital mereka.
Mereka diajarkan keterampilan baru, mulai dari pemanfaatan media sosial untuk pemasaran hingga penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menganalisis pasar.
Ini adalah investasi jangka panjang yang memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak hanya dinikmati segelintir orang, tetapi menjadi alat pemberdayaan kolektif.
Keberhasilan program ini tak lepas dari semangat kolaborasi yang kuat. Seperti yang disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Transformasi Digital dan Inovasi Pariwisata Kemenpar, Masruroh, program ini menunjukkan bagaimana sinergi antara sektor swasta dan pemerintah dapat menciptakan dampak yang transformatif.
Kolaborasi ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari BumKal dan PokDarWis hingga relawan internal Telkomsel melalui Employee Volunteering Program (EVP). Kehadiran para relawan yang terjun langsung ke lapangan, berbagi ilmu dan energi, menjadi bukti nyata bahwa Telkomsel tidak hanya berinvestasi dengan modal, tetapi juga dengan hati dan semangat kebersamaan.
Bukan sekadar cerita, keberhasilan program tahun 2024 di Desa Hegarmanah, Banten, dan Desa Air Sempiang, Bengkulu, menjadi bukti sahih.
Lonjakan kunjungan wisatawan dan pertumbuhan pendapatan desa yang signifikan menunjukkan bahwa pendekatan holistik ini berhasil.
Baktiku Negeriku adalah lebih dari sebuah program CSR, ini adalah model pembangunan inklusif yang memanfaatkan kekuatan digital untuk menciptakan kemandirian dan kesejahteraan di pedesaan, selangkah demi selangkah. (ikhsan)