Kendari – Kinerja ekspor Sulawesi Tenggara menunjukkan tren melesu pada April 2025.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat nilai ekspor provinsi ini mencapai US$317,79 juta, turun 0,51 persen dibandingkan April 2024 yang masih di angka US$319,41 juta. Penurunan ini sejalan dengan volume ekspor yang juga menyusut 1,84 persen menjadi 226,34 ribu ton dari sebelumnya 230,58 ribu ton.
Plt. Kepala BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, Andi Kurniawan, SST., M.Si, pada Senin, 2 Juni 2025, menjelaskan bahwa pelemahan ekspor ini utamanya dipicu oleh penurunan pada komoditas besi dan baja.
Nilai ekspor besi dan baja anjlok US$3,08 juta atau 0,97 persen, dari US$316,00 juta pada April 2024 menjadi US$312,93 juta di April 2025. Padahal, komoditas ini menjadi tulang punggung ekspor Sulawesi Tenggara, menyumbang US$1.192,47 juta sepanjang Januari-April 2025.
Secara kumulatif, periode Januari-April 2025, ekspor Sulawesi Tenggara masih didominasi sektor industri pengolahan dengan kontribusi fantastis, mencapai 99,59 persen atau senilai US$1.226,88 juta. Namun, sektor ini juga mengalami penurunan tipis 0,73 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ketergantungan pasar ekspor Sulawesi Tenggara terhadap Tiongkok kian nyata. Sepanjang Januari-April 2025, Negeri Tirai Bambu menyerap 91,70 persen dari total ekspor provinsi, senilai US$1.129,59 juta.
Bahkan, nilai ekspor ke Tiongkok pada April 2025 tercatat naik signifikan US$48,64 juta atau 18,37 persen dibanding April 2024, didominasi oleh komoditas besi/baja. Selain Tiongkok, negara tujuan ekspor utama lainnya adalah Korea Selatan, India, Amerika Serikat, dan Belanda.
Meski sektor industri pengolahan mengalami penurunan, kabar baik datang dari sektor pertanian. Ekspor pertanian melonjak tajam 224,87 persen pada April 2025 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya. Sektor ini menjadi oase di tengah lesunya industri pengolahan, menunjukkan potensi diversifikasi ekspor yang perlu digarap lebih serius.
Di sisi lain, nilai impor Sulawesi Tenggara pada April 2025 justru melonjak drastis. Tercatat US$181,47 juta, naik 70,53 persen dibanding April 2024. Peningkatan ini didorong oleh naiknya impor bahan bakar mineral sebesar US$43,31 juta (72,88 persen). Volume impor juga ikut terkerek 75,43 persen menjadi 533,83 ribu ton.
Singapura menjadi pemasok barang impor terbesar selama Januari-April 2025, menyumbang US$176,99 juta, diikuti Tiongkok dan Malaysia. Impor didominasi oleh golongan barang bahan baku/penolong (92,94 persen).
Meskipun impor meningkat signifikan, neraca perdagangan Sulawesi Tenggara pada April 2025 tetap mencatatkan surplus US$136,32 juta.
Angka ini menunjukkan bahwa ekspor masih lebih besar dibandingkan impor, meskipun surplusnya lebih kecil dibandingkan April 2024 yang mencapai US$212,99 juta.
Potensi sumber daya alam Sulawesi Tenggara yang melimpah, khususnya di sektor pertambangan dan kelautan, memang memberikan peluang besar dalam perdagangan luar negeri.
Namun, data terkini menunjukkan tantangan dalam menjaga stabilitas nilai ekspor, terutama dari komoditas andalan seperti besi dan baja. Diversifikasi produk dan pasar ekspor menjadi kunci untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah. (red)