Konawe Utara – Proyek infrastruktur di Kabupaten Konawe Utara (Konut) menuai sorotan tajam dari masyarakat.
Warga Kecamatan Wiwirano kembali dikecewakan oleh kondisi jalan dan jembatan yang baru dibangun.
Ruas jalan penghubung Kelurahan Lamonae-Lamonae Utama yang menelan anggaran miliaran rupiah, kini sudah rusak parah padahal baru setahun diresmikan.
Sementara itu, jembatan yang juga baru selesai dikerjakan dituding asal jadi.
Proyek peningkatan jalan tersebut dikerjakan oleh PT Safa Utama dengan nilai kontrak Rp5,19 miliar dari APBD Konut Tahun Anggaran 2024.
Pekerjaan yang dimulai sejak 3 Oktober 2024 ini menuai kritik karena kualitas aspalnya dinilai sangat buruk.
“Baru setahun jalan itu diperbaiki, tapi sudah banyak yang rusak,” ujar Ashabul Akram, seorang warga Wiwirano, Selasa, 19 Agustus 2025.
Ashabul mendesak Pemerintah Kabupaten Konut melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) untuk memperketat pengawasan proyek.
“Jangan biarkan kontraktor abal-abal bekerja seenaknya. Akibatnya, jalan yang baru diperbaiki malah cepat rusak,” tegasnya.
Ia juga meminta aparat penegak hukum (APH) segera turun tangan menyelidiki dugaan penyimpangan.
“Ini proyek miliaran rupiah, masa iya belum setahun sudah hancur. Kami masyarakat Wiwirano minta APH memeriksa kontraktor dan pihak yang bertanggung jawab,” pungkasnya.
Di tengah sorotan terhadap jalan, proyek pembangunan Jembatan Lamonae di Desa Lamonae juga tidak luput dari kritik.
Jembatan yang menelan biaya Rp3,05 miliar dari APBD Konut 2024 ini dituding warga dikerjakan asal-asalan. Menanggapi tudingan itu, Direktur CV Yama Surya selaku kontraktor, Yacobus Massang, membantah keras.
Menurut Yacobus, proyek yang dimulai 24 April 2025 itu sudah rampung secara fisik dan kini dalam masa pemeliharaan. Ia meluruskan bahwa yang dianggap “tambalan” oleh publik adalah proses perapihan bekas cetakan beton.
“Tidak mungkin bangun jembatan itu kita tambal-tambal saja. Yang dilihat itu perapihan, bukan tambalan,” jelasnya.
Ia menegaskan, jembatan yang kini diganti dengan struktur beton ini dipastikan kokoh dan tidak akan mudah rusak.
“Kami jamin jembatan ini kokoh dengan bentangan 14 meter, tidak mungkin kami asal-asalan mengerjakan,” tutupnya.
Meski demikian, warga tetap merasa kecewa dan mendesak pemerintah lebih transparan dalam mengelola proyek infrastruktur demi kepentingan masyarakat. (Red)