MAKASSAR, SULAWESI SELATAN, – Musyawarah Besar (Mubes) Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) ke-13 yang dirangkaikan dengan Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM) ke-25 resmi digelar di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, mulai Rabu hingga Jumat, 9–11 April 2025.
Aroma persaudaraan dan pertukaran gagasan mewarnai gelaran ini. Di tengah kehangatan acara, tampil sosok Ir. H. Syamsuddin, ST., MT, CEO PT Rasya Dwi Mandiri, seorang pengusaha properti yang malang melintang sekaligus akademisi di Sulawesi Tenggara. Perspektifnya yang sarat inspirasi berhasil mencuri perhatian para peserta.
Ditemui di sela-sela kesibukannya, H. Syamsuddin dengan antusias berbagi resep suksesnya di tanah rantau.
Baginya, identitas sebagai perantau Bugis membawa konsekuensi untuk tampil beda dan unggul di mana pun kaki berpijak.
“Kita ini orang Bugis harus tampil beda dan berani. Di mana pun kita berada, kita harus tunjukkan bahwa kita yang terbaik dan pantang mundur,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Filosofi inilah yang menjadi fondasi kokoh dalam menghadapi kerasnya persaingan dunia bisnis.
Lebih jauh, H. Syamsuddin menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar.
“Filosofinya sederhana, di mana pun kita berada, kita harus bisa menyesuaikan diri, tampil, dan memberikan yang terbaik untuk masyarakat di sekitar,” jelasnya.
Motivasi untuk meraih sukses di perantauan, menurutnya, berlipat ganda karena adanya “harga diri” yang dipertaruhkan. “Di tanah rantau, motivasi kita sangat tinggi. Kalau tidak berhasil, bagaimana anggapan di kampung halaman? Jadi, motivasinya memang berlipat,” ungkapnya.
Prinsip “sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai” bukan sekadar retorika baginya, melainkan komitmen yang membara dalam setiap langkah bisnis.
“Saat kita memulai sesuatu dan belum berhasil, kita tidak akan pulang. Pantang pulang sebelum layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai,” imbuhnya dengan mantap.
Dalam mengembangkan bisnisnya di Sulawesi Tenggara, H. Syamsuddin berpegang teguh pada profesionalisme dan kemampuan beradaptasi dengan sistem yang berlaku.
“Prinsipnya, bisnis harus dijalankan secara profesional. Kita juga tidak boleh ketinggalan dengan sistem yang ada. Di tanah rantau, kita tidak boleh kalah dalam persaingan. Itu yang membuat kita, ketika meninggalkan kampung halaman, harus lebih baik dari yang lain,” terangnya.
Menariknya, nilai-nilai luhur budaya siri’ na pacce diakui H. Syamsuddin memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk mentalitas pengusaha Bugis di perantauan.
“Filosofi siri’ na pacce itu mendorong kita untuk selalu memberikan yang terbaik dan bermanfaat di tempat orang. Contohnya, mutu bisnis kita selalu dijaga, aturan-aturan tetap dijalankan, dan kualitas menjadi prioritas utama,” paparnya.
Lebih dalam, ia menekankan fondasi utama dalam membangun bisnis yang berkelanjutan adalah kepercayaan.
“Prinsipnya, salah satu kunci sukses adalah kepercayaan. Di mana pun kita berada, di provinsi mana pun, kepercayaan itu pasti membawa kesuksesan. Jaga kepercayaan itu saja. Yang lain masih bisa dikelola, tetapi kalau kehilangan kepercayaan, selesai sudah bisnis kita,” tegasnya.
Terkait sektor bisnis yang menjanjikan, H. Syamsuddin menyarankan untuk fokus pada keahlian dan bidang yang dikuasai. “Bisnis yang cocok bagi perantau adalah yang sesuai dengan keahlian. Jangan mengambil pekerjaan di luar bidangnya karena risikonya besar. Kalau kita fokus pada keahlian dan menjaga kepercayaan, pasti akan tumbuh dan sukses,” katanya.
Sebagai pesan bagi para perantau yang bercita-cita memulai usaha, H. Syamsuddin berpesan untuk selalu menjaga hubungan baik, bekerja sesuai kualitas, dan yang terpenting, menjaga kepercayaan.
“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, itu harus jadi prinsip. Kalau bekerja dengan baik, profesional, menjaga mutu dan kualitas, serta menjaga kepercayaan, pasti sukses di tanah rantau,” kuncinya.
H. Syamsuddin juga mengapresiasi peran Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dan PSBM dalam memotivasi para pengusaha.
“Pertemuan tahunan ini sangat menginspirasi dan memotivasi. Di sini kita bisa mengukur diri, bahwa ternyata kemampuan kita masih jauh di bawah orang lain yang lebih hebat, seperti Pak Aksa Mahmud, Pak Jusuf Kalla, dan Pak Amran Sulaiman,” ungkapnya.
Ia menyambut baik inisiatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan.
“Saya sepakat dengan Pak Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk para saudagar menyisihkan sebagian kemampuannya membuat sekolah KKSS berkualitas terbaik. Saya siap berinvestasi dan berkontribusi maksimal demi masyarakat dan generasi penerus. Pendidikan adalah yang utama,” pungkas H. Syamsuddin dengan harapan besar.
Kisah dan pandangan H. Syamsuddin sekali lagi menegaskan bahwa bagi para saudagar Bugis Makassar, merantau bukan sekadar mencari nafkah, melainkan juga membawa misi untuk membuktikan diri, memberikan yang terbaik, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur di tanah rantau.
Kepercayaan, kualitas, dan semangat pantang menyerah menjadi kompas yang menuntun mereka meraih kesuksesan di kancah bisnis nasional. (Ixan)